Jenis-Jenis Carrageenan Dan Proses Pembuatan Carrageenan

Dalam industri pengolahan rumput laut yang menghasilkan Carrageenan ada 3 tipe Carrageenan yang dihasilkan dari proses ekstraksi  dari jenis rumput laut yang berbeda.  Jenis-janis Carrageenan tersebut  juga digunakan dalam aplikasi yang berbeda untuk berbagai macam produk,  baik produk makanan maupun produk lainnya.  Tiga jenis Carrageenan tersebut adalah:

1.    Kappa Carrageenan
Kappa Carrageenan dibuat dari rumput laut jenis Eucheuma Cottonii dan Chondrus Crispus, dua jenis rumput laut ini banyak mengandung Carrageenan dan untuk jenis Euchema Cottonii telah banyak dibudidayakan di Indonesia, sementara itu untuk jenis Chondrus Crispus tidak dibudidayakan di Indonesia. Kappa Carrageenan menduduki produk terbanyak dari 2 jenis Carrageenan lainnya. Karakter dari Kappa Carrageenan akan terputus pada larutan asam, namun setelah terjadi pembentukan gel, Carrageenan ini akan mengalami resistensi terhadap degradasi. Gel Kappa Carrageenan akan menjadi kuat saat dilarutkan pada larutan garam Kalium.

2.    Iota Carrageenan
Iota Carrageenan dibuat dari rumput laut jenis rumput laut Eucheuma Spinossum yang juga banyak terdapat di Indonesia, namun upaya pembudidayaan rumput laut jenis ini belum begitu banyak tidak seperti pada jenis rumput laut E. Cottonii dan Gracilaria. Iota Carrageenan mempunyai karakter sangat stabil pada larutan asam, dan akan membentuk gel yang kuat pada larutan yang mengandung garam Kalsium.

Jenis-Jenis Carrageenan Dan Proses Pembuatan Carrageenan
Rumput laut E. Spinossum bahan baku pembuat Iota Carrageenan

3.    Lambda Carrageenan
Bahan baku pembuat Lammbda Carrageenan adalah rumput laut Gigartina Acicularis dan Gigartina Pistillata, dua jenis rumput laut ini tidak terdapat di Indonesia karena kondisi geografis Indonesia tidak memenuhi syarat untuk pertumbuhan dua jenis rumput laut ini. Lambda Carrageenan mempunyai karakter  paling stabil kedua pada larutan asam setelah Iota Carrageenan, Carrageenan jenis ini tidak dapat larut dalam larutan garam.

Jenis-Jenis Carrageenan Dan Proses Pembuatan Carrageenan

Carrageenan adalah salah satu produk hasil olahan rumput laut yang mempunyai berbagai macam fungsi , Carrageenan digunakan dalam pembuatan berbagai macam produk pangan, farmasi dan kosmetik juga keperluan industry lainnya. Fungsi utama Carrageenan adalah sebagai bahan pengental, penstabil, pembentuk gel, emulsifier dan lain sebagainya. Carrageena sendiri merupakan senyawa polisakarida yang dihasilkan dari proses ekstraksi rumput laut.

Sebetulnya tekhnologi yang digunakan dalam pembuatan Carrageenan tergolong dalam tekhnologi sederhana yang dapat dilakukan dalam skala kecil atau industry rumah tangga. Di Indonesia, Industri Carrageenan dalam skala rumah tangga memang belum begitu dikenal walaupun Indonesia sendiri merupakan Negara dengan hasil rumput laut bahan baku Carrageenan terbesar di dunia. Penyebabnya mungkin karena opini yang berkembang di Masyarakat, Industri Carrageenan adalah merupakan industry yang harus dibangun dalam skala besar.

Bahan-bahan
Untuk membuat Carrageenan dibutuhkan bahan baku dan alat-alat pendukung lainnya yaitu:
1.    Rumput Laut Eucheuma Cottonii atau Eusheuma Spinossum
2.    Natrium Hidroksida (NaOH), pengaur pH
3.    Filter Aid (Celite atau tanah diatomite) untuk proses penyaringan
4.    Natrium Chlorida (NaCL)
5.    Isopropanol sebagai bahan pengendap.

Alat-Alat Yang Dibutuhkan
1.    Alat pencuci rumput laut
2.    Alat perebus
3.    Alat Penghancur Rumput Laut
4.    Filter press untuk penyaringan
5.    Tempat pengendapan
6.    Oven pengering

Proses Pembuatan Carrageenan.
Proses yang dilakukan dalam pembuatan sebetulnya tidak terlalu rumit, namun dibutuhkan ketelitian dalam membuat komposisi larutan penyampur  yang akan menentukan keberhasilan dalam pembuatan Carrageenan. Adapun prosedur pembuatannya adalah;

PEMBERSIHAN
Langkah awal yang harus dilakukan pada proses pembuatan Carrageenan adalah pembersihan rumput laut yang akan diproses menjadi Carrageenan, hal ini sangat penting dilakukan untuk menjaga kemurnian Carrageenan yang dihasilkan. Rumput laut yang diambil dari Nelayan biasanya masih kurang memenuhi standar industry terutama pada msalah kebersihan, oleh karena itu harus dilakukan pembersihan. Kotoran yang biasanya menyertai rumput laut kering adalah garam, pasir, sampah laut, potongan-potongan tali , lumut, rumput laut jenis lain, karang dan lain sebagainya.

EKSTRAKSI
Setelah rumput laut bebas dari kotoran langkah selanjutnya adalah merendam rumput laut dalam air dengan suhu 40 derajat Celcius. Setelah dilakukan perendaman potong-potong rumput laut dengan panjang 3 hingga 5 Centimeter.

Langkah selanjutnya adalah proses ekstraksi tahap 1, caranya, rebus rumput laut dengan menggunakan air dengan volume air 40 hingga 50 kali berat rumput laut kering, atur tingkat keasaman pada pH 8-9 dengan menggunakan NaOH. Lama proses perebusan pada tahap 1 ini adalah selama 30 – 60 menit pada suhu 85 hingga 95 Derajat Celcius.  Selanjutnya rumput laut di hancurkan dengan menggunakan blender hingga terbentuk bubur rumpu laut. Lanjutkan pada ekstraksi  tahap II dengan metode yang sama seperti pada tahap 1 dengan suhu dan pH yang sama, perebusan/ekstraksi dilakukan selama 18 jam untuk E.Cottonii dan 3 jam untuk E. Spinossum.
   
PENYARINGAN
Proses selanjutnya setelah dilakukan ekstraksi adalah penyaringan, bubur rumput laut yang dihasilkan dari proses ekstraksi ditambah filter aid (celite atau tanah diatomite) dengan konsentrasi 3-4%. Untuk memudahkan penyaringan, lakukan penyaringan dalam keadaan masih panas dengan menggunakan filter press. Hasil penyaringan kemudian ditambah dengan  larutan NaCl 10% (10g NaCl dilarutkan dalam 100 ml air) sebanyak 5% dari volume larutan untuk membantu proses pengendapan. Filtrat karaginan kemudian dipanaskan hingga suhu 60 C.

  PENGENDAPAN
    Pengendapan karaginan dilakukan dengan cara menuangkan filtrat karaginan yang telah dipanaskan ke dalam larutan isopropil sambil diaduk-aduk selama 15 menit, sehingga terbentuk serat-serat karaginan. Perbandingan filtrat dan isopropil yang digunakan adalah 1:2. serat-serat karaginan yang diperoleh kemudian diperas dan direndam kembali dengan isopropil selama 30 menit sehingga diperoleh serat karaginan yang lebih kaku.

 PENGERINGAN DAN PENEPUNGAN

    Serat-serat karaginan kemudian dikeringkan dengan pengering hampa udara pada suhu 60 C sampai kering. Kemudian digiling sehingga diperoleh tepung karaginan. Karaginan yang diperoleh dari hasil pengolahan ini mempunyai spesifikasi produk sebagai berikut : kenampakan putih susu, susunan kimiawi dan fisik, air 8-12%, abu total 18-23%, abu tak terlarut asam 1-2%, sulfat 18-24% (E. Cottoni), 22-32% (E. Spinosum), kekentalan larutan tepung karaginan 1,5% 20-180 Cps.

Jenis-Jenis Rumput Laut Asal Indonesia Yang Dieksport Ke Luar Negeri

Peraian Indonesia adalah surga bagi berbagai macam habitat laut baik berupa tumbuhan laut maupun binatang laut, sebagian besar kekayaan laut Indonesia telah dianfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Rumput laut adalah merupakan komoditas laut yang telah sejak lama menjadi penopang bagi kehidupan asyarakat pesisir pantai. Komoditas Rumput laut di Indonesia sebagian dibudidayakan dan sebagian lainnya dipanen dari alam, rumput laut dibudidayakann di air asin juga air payau. Hasil produksi rumput laut yang tinggi membuat Indonesia menjadi Negara penghasil rumput laut terbesar di dunia. Tahun 2013 hasil produksi rumput laut Indonesia mencapai 8,5 juta ton rumput laut basah, sedangkan pada tahun 2014 ini ditargetkan, Indonesia akan menghasilkan rumput laut basah sebanyak 10 juta ton rumput laut.
Rumput laut di Indonesia dijual sebagai komoditas eksport dan untuk keperluan industry pengolahan rumput laut dalam negeri. Proseentase export tertinggi Indonesia adalah ke Negara China disusul kemudian Korea, Philipina, Spanyol, Chile dan beberapa Negara lainnya. Rumput laut rata-rata di export atau untuk keperluan industry dalam Negeri dalam bentuk kering.

Rumput laut di Indonesia telah dibudidayakan mulai dari Sabang sampai Merauke walaupun belum semua kepulaun melakukan budidaya rumput laut, dari pulau-pulau besar yang ada di Indonesia hanya pulau Sumatera  yang masih sedikit terdapat  lokasi budidaya rumput laut. Dimulai dari Pulau Jawa, Kaliantan, Sulawesi, Maluku, NTB, NTT dan Irian semua pulau-pulau tersebut telah elakukan budidaya rumput laut secara intensif. Ada 4 jenis rumput laut di Indonesia yang dijual esbagai komoditas export yaitu:

1. Eucheuma Cottonii.
Rumput laut Eucheuma Cottonii trmasuk dalam komoditas laut yang dibudidayakan, di Indonesia rumput laut ini dibudidayakan dengan menggunakan metode longline, sebetulnya ada beberapa metode penanaman namun metode ini lebih disukai oleh para petani rumput laut Indonesia karena lebih praktis dan tidak membutuhkan biaya banyak. Rumput laut Euchema Cottonii mempunyai bentuk fisik silindris dengan dengan banyak cabang, dibudidayakan dengan cara diikat dengan menggunakan tali plastic pada tali panjang yang dipancangkan pada tiang yang di tancapkan didasar laut. Nama Ilmiah rumput laut ini adalah Kappapicus Alfarezy sedangkan nama Eucheua Cottonii adalah nama dagang dari rumput laut yang termasuk dalam dalam Famili Solieracea Genus ini.

Jenis-Jenis Komoditas Eksport Rumput Laut Asal Indonesia
Rumput Laut Eucheua Cottonii Basah

Secara fisik rumput laut ini dapat dikenali dengan ciri-ciri batang halus dengan warna transparan (seperti botol kaca) mempunyai banyak cabang, bahkan untuk jenis sakul cabangnya sangat banyak menyerupai brokoli. Rumput laut Eucheuma Cottonii dapat tumbuh dengan berbagai macam warna tergantung habitat tumbuhnya, salinitas air dan tingkat kesuburan lokasi budidaya, warna yang biasa ditemukan pada jenis rumput laut ini adalah hijau muda hingga hijau tua, ungu, kuning keemasan dan coklat.

Rumput laut Eucheuma Cottonii digunakan sebagai bahan baku pebuatan Carrageenan dengan method  ekstraksi menggunakan berbagai macam bahan kimia, untuk kemudian dijadikan tepung dan tepung inilah yang disebut sebagai Carrageenan. Carrageenan digunakan untuk berbagai macam keperluan industry baik industry makanan, kecantikan, body care, obat-obatan dan lain sebagainya.

Daerah penghasil rumput laut Eucheuma Cottonii meliputi Pulau Jawa, Madura, Bali, NTB, NTT, Sulawesi, Maluku, Kalimantan dan Irian. Rumput laut Eucheuma Cottonii diproduksi dengan cara budidaya dan tidak dipanen dari alam.

2.Gracilaria
Habitat tumbuh rumput laut Gracilaria adalah air payau, rumput laut ini juga termasuk dalam komoditas budidaya yang telah banyak dibudidayakan di tambak-tambak di berbagai daerah di Indonesia. Berbeda dengan Eucheuma Cottonii, cara budidaya rumput laut Gracilaria adalah dengan cara ditebarkan di dasar tambak tanpa diikat karena dibudidayakan di tambak yang mempunyai kondisi air tenang. Kondisi tambak dengan air yang tenang ini membuat rumput laut Gracilaria lebih mudah cara perawatannya, seperti misalnya   ketika kesuburannya kurang bagus, maka dapat dilakukan pemupukan tidak seperti rumput laut Eucheuma Cottonii yang tidak dapat dilakukan pemupukan karena habitat hidupnya dilautan lepas.

Jenis-Jenis Komoditas Eksport Rumput Laut Asal Indonesia
Rumput Laut Gracilaria basah

Rumput laut gracilaria secara fisik menyerupai Eucheuma Cottonii namun ukurannya jauh lebih kecil dengan thallus yang panjangnya  dapat mencapai 20 hingga 30 centi meter dengan diameter thallus antara 2 hingga 3 mm. Pada saat kering rumput laut Gracilaria dapat berubah enjadi berbagai macam warna seperrti misalnya warna hitam, ungu, abu-abu dan coklat.

Rumput laut Gracilaria banyak dibudidayakan di daerah Sulawesi, Jawa, NTB dan Bali, penghasil terbanyak rumput  laut jenis ini adalah Sulawesi Selatan yaitu di daerah Palopo, disamping merupakan penghasil rumput laut terbesar di Indonesia rumput laut Gracilaria asal Palopo memiliki kwalitas terbaik dari seluruh penghasil rumput laut di Indonesia. Rumput laut Gracilaria dibudidayakan mulai dari Belopa hingga Malili.

3.Eucheuma Spinossum
Sebagian besar rumput laut Eucheuma Spinossum dipanen dari alam dan sebagian kecil lainnya telah dibudidayakan. Rumput laut yang dipanen dari alam biasaya merupakan rumput laut kasar yang biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan Carrageenan dari jenis Iota Carrageenan. E.Spinossum budidaya biasanya merupakan E.Spinossum yang dikonsumsi secara langsung tanpa harus melalui proses industrialisasi, masyarakat biasa menyebutnya sebagai spinossum halus biasa dikonsumsi langsung sebagai salad maupun makanan olahan berbahan baku rumput laut lainnya.

Jenis-Jenis Komoditas Eksport Rumput Laut Asal Indonesia
Rumput Laut Eucheuma Spinossum basah

Ciri-ciri Spinossum kasar adalah mempunyai thallus hampir sama dengan E.Cottonii namun pada batang thallusnya bergerigi menyerupai duri-duri halus, batangnya berlendir dengan percabangan yang banyak. Warna dari E.Spinossum kasar juga mirip dengan E.Cottonii, berwarna ungu, coklat, kuning keemasan dan hijau muda. Sementara itu untuk E.Spinossum halus mempunyai ciri-ciri bebatang panjang dengan diameter sekitar 3 mm bergerigi namun ada juga yang tidak bergerigi.

Rumput laut Eucheuma Spinossum banyak dihasilkan di wilayah Sulawesi, khususnya Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, di luar Sulawesi rumput laut jenis ini juga terdapat di Bali dan NTB, sebagian besar dipanen dari alam. Untuk Spinossum halus banyak dibudidayakan di Sulawesi Selatan khususnya di kepulauan Dewakang, dari kepulauan ini dihasilkan rumput laut Spinossum halus dengan kwalitas sangat bagus.

4. Sargassum
Salah satu hasil rumput laut Indonesia yang juga merupakan komoditas Export adalah rumput laut Sargassum. Rumput laut jenis ini bukan termasuk komoditas budidaya dan masih dipanen dari alam, tumbuh sepanjang tahun dengan panjang thallus dapat mencapai 1 hingga 3 meter. Ciri khas algae ini mempunyai pelampung berbentuk bulat  yang disebut sebagai “Bladder” menyerupai bola kecil yang berfungsi sebagai alat pelampung agar tetap dapat mengambang pada permukaan laut untuk mendapatkan sinar matahari dalam proses fotosintesisnya. Karena tumbuh liar di laut tumbuhan ini sering terdampar dipantai bahkan tidak jarang disebut sebagai sampah laut.

Jenis-Jenis Komoditas Eksport Rumput Laut Asal Indonesia
Rumput Laut Sargassum Basah

Di Indonesia ada dua jenis Sargassum yang dijual sebagai komoditas export yaitu Sargassum daun lebar dan Sargassum daun kecil. Sargassum daun lebar banyak dijumpai di Bima (NTB), Lampung dan pesisir pantai Selatan Jawa. Sargassum daun kecil banyak ditemui di daerah Sulawesi dan Madura. Sargassum biasanya tumbuh menempel pada batu karang, karang mati dan batuan vulkanik . Sargassum akan tumbuh dengan baik pada perairan tropis dengan  27,25 – 29,30 derajat Celcius dan salinitas 32-33,5 %ppm.  Sargassum membutuhkan intensitas sinar matahari yang tinggi dibandingkan dengan rumput lainnya.

Sargassum mempunyai kandungan Algine, oleh karena itu rumput laut jenis ini digunakan sebagai bahan pembuatan Alginat dengan melalui proses ekstraksi yang cukup rumit dibandingkan dengan pembuatan Carrageenan dan agar-agar.  Selain digunakan sebagai bahan baku pembuatan alginate, Sargassum juga dimanfaatkan sebagai  bahan pembuat pupuk atau makanan Abalone dan Teripang.

Itulah empat jenis rumput laut yang paling banyak dijual sebagai komoditas export, disamping itu masih ada beberapa jenis lain seperti Gellidium dan Ulva Lactufa namun jumlahnya sangat terbatas dan masih belum ada upaya untuk membudidayakannya.

Jenis Rumput Laut Eucheuma Spinossum Di Indonesia

Eucheuma Spinossum adalah salah satu komoditas rumput laut yang dibudidayakan di perairan Indonesia, meskipun belum dibudidayakan secara luas seperti jenis Eucheuma Cottonii rumput laut jenis  ini juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup bagus, untuk saat ini level harganya berada dibawah rumput laut Eucheuma Cottonii. Rumput laut Eucheuma Spinossum digunakan sebagai bahan baku pembuat Carrageenan jenis Iota yang mempunyai sifat kimiawi sedikit berbeda dengan Kappa Carrageenan, disamping itu rumput laut jenis ini juga digunakan sebagai bahan makanan yang dikonsumsi langsung sebagai salad walaupun belum begitu popular di Indonesia. Di beberapa daerah di Indonesia rumput laut jenis ini digunakan sebagai campuran pembuat es rumput laut, teksturnya yang renyak dan legit membuat rumput laut Spinossum banyak digemari oleh penggemar kuliner rumput laut.

Daerah penghasil rumput laut E. Spinossum adalah wilayah Sulawesi, Bali dan NTB. Untuk wilayah Sulawesi, rumput laut E. Spinossum dapat di temui di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Kapasitas produksi rumput laut jenis ini belum begitu besar karena masih jarang dibudidayakan, hal ini disebabkan oleh factor harga yang tidak begitu bagus apa lagi saat permintaan pasar menurun harganya dapat jatuh pada level terendah sekitar empat ribuan per-kilo gram kering. Petani yang membudidayakan rumput laut E.Spinossum juga hanya berasal daerah-daerah tertentu saja.

Secara fisik rumput laut jenis E. Spinossum mempunyai ciri-ciri thallus berduri lembut, seperti pada jenis Eucheuma Cottonii, rumput laut Eucheuma Spinossum juga tumbuh dengan berbagai macam warna yang berbeda seperti warna hijau muda, kuning keemasan, ungu dan coklat tergantung tempat tumbuhnya
Berdasarkan penggunaannya rumput laut Eucheuma Spinossum dibedakan dalam dua kelompok yaitu

1.    Eucheuma Spinossum Batang Besar
Mempunyai thallus dengan ukuran yang hampir sama dengan Eucheuma Cottonii dengan batang thallus bergerigi. Tempat tumbuhnya adalah batu-batu karang dan masih jarang dibudidayakan karena mempunyai nilai ekonomis yang rendah. Eucheuma Spinossum sejauh ini masih dipanen dari alam pada musim-musim tertentu. Daerah penyebarannya meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Bali dan NTB.
Penggunaan rumput laut Eucheuma Spinossum batang besar adalah sebagai bahan baku pembuat Carrageenan dari jenis Iota Carrageenan.

Jenis Rumput Laut Eucheuma Spinossum Di Indonesia
Eucheuma Spinossum batang Besar

2.    Eucheuma Spinossum Batang Halus
Jenis Eucheuma Spinossum ini mempunyai ciri fisik thallus dengan batang yang kecil dan panjang, berwarna kuning keemasan dan merah muda. Tidak seperti Eucheuma Spinossum dengan batang besar, rumput laut jenis ini diperoleh dengan cara budidaya seperti halnya budi daya rumput laut Eucheuma Spinossum. Penggunaan rumput laut jenis ini bukan sebagai bahan baku pembuat Carrageenan namun dikonsumsi langsung setelah melalui proses sanitasi hingga mencapai standar konsumsi yang memadai. Warna dan tampilannya yang menarik membuatnya sangat cocok dijdikan sebagai bahan makanan yang dapat dikonsumsi langsung tanpa harus melalui proses ekstraksi. Negara yang paling banyak menggunakan Eucheuma Spinossum halus adalah China, biasanya digunakan sebagai salad dan berbagai macam olahan berbahan rumput laut lainnya.

Jenis Rumput Laut Eucheuma Spinossum Di Indonesia
Eucheuma Spinossum dengan batang halus berwarna putih
Jenis Rumput Laut Eucheuma Spinossum Di Indonesia
Eucheuma Spinossum batang halus berwarna merah muda

Daerah penghasil rumput laut ini juga masih belum banyak, oleh karena itu jumlah produksinya masih sangat terbatas. Hingga kini baru ada tiga daerah yang menghasilkan rumput laut jenis ini yaitu Sulawesi Selatan, Bali dan Sulawesi Tenggara. Dari ketiga daerah tersebut, Sulawesi Selatan adalah merupakan daerah terbaik dalam menghasilkan rumput laut Eucheuma Spinossum halus. Di Sulawesi Selatan banyak dibudidayakan di pulau Dewakang.

Rata-rata Exportir Indonesia menjual Eucheuma Spinossum halus ke Negara China karena memang Negara ini paling banyak menggunakan rumput laut jenis ini untuk berbagai macam keperluan konsumsi mereka. Bukan hanya itu saja rumput laut jenis Gracilaria dan Eucheuma Cottonii juga sebagian besar di export ke China.

Eucheuma Spinossum And The Growth

Eucheuma Spinossum is one type of seaweed that is used as raw material of the type of Iota Carrageenan. In Indonesia Eucheuma Spinossum seaweed is still rarely cultivated because economic value is not as good as Eucheuma Cottonii. E. Spinossum still harvested from the wild and crop yields could not be determined because the amount is not cultivated.

var cpo = []; cpo[“_object”] =”cp_widget_6b948ccf-f22d-40b4-a131-3dcf56fc3180″; cpo[“_fid”] = “AQNAjeLJ3Dzi”; var _cpmp = _cpmp || []; _cpmp.push(cpo); (function() { var cp = document.createElement(“script”); cp.type = “text/javascript”; cp.async = true; cp.src = “//www.cincopa.com/media-platform/runtime/libasync.js”; var c = document.getElementsByTagName(“script”)[0]; c.parentNode.insertBefore(cp, c); })(); Powered by Cincopa Video Hosting solution.

Eucheuma And Its Cultivation

Eucheuma And Its Cultivation
Kappapicus Alvarezy

The genus Eucheuma, is an important carrageenophyte which is abundant in the Philippines, tropical Asia and the Western Pacific region. It occurs in the regions of the south of China, for example, Hainan Island, the Xisha Islands and Taiwan. Eucheuma is a genus of tropical seaweeds which grows on coral reefs, most abundantly from the lowest tide level to 1-2m deep in the sublittoral zone. This genus belongs to the Family Solieriaceae, of the Order Gigartinales. The thalli of Eucheuma are very cartilaginous, prostrate or erect, and consist of cylindrical to compressed branches.

The life cycle of Eucheuma consists of an alternation of three somatic stages, namely the tetrasporophyte (asexual), the gametophyte (sexual) and the carposporophyte. The tetrasporophyte (2n) and the gametophyte (n) are large and isomorphic (they have the same thallus form). The carposporophyte (2n) is microscopic and parasitic on the female gametophyte.

Eucheuma And Its Cultivation

Eucheuma And Its Cultivation

Eucheuma And Its Cultivation
In Philippines, Euchema denticulatumand Kappaphycus alvarezii that have
been cultured in the lab and transferred to an experimental study site.

Eucheuma denticulatum is presently cultivated in the Philippines, Indonesia, Western Central Pacific Islands and several other tropical countries. This species is also commercially farmed in northern Bohol and other areas, and forms part of the Philippines seaweed export. Eucheuma denticulatum, is farmed using the following methods of culture:

1. the fixed, off-bottom monoline method , and

2. the raft or long-line method.

The fixed, off-bottom monoline method is the most common method used in the culture of Eucheuma. This method has many advantages over other methods used in the past, such as the net method. The farm is cheaper to maintain and easier to install. The stakes which are spaced at 10m intervals, Fixed, off-bottom monoline methodin rows that are 1m apart, are driven deep into the substratum. Tied to the one stake, is one end of the nylon monofilament line, which is stretched so that the other end can be tied to another stake in the opposite row. Eucheuma cuttings which are approximately 50-100g, are tied to the monolines at 25-30cm intervals using soft plastic tying material, such as soft plastic straw, also referred to as “tie-tie”.

FIXED, OFF- BOTTOM MONOLINE METHOD

Eucheuma farm at Danajon Reef, Bohol Island, Philippines.
Several hectares of this seaweed are grown at about +2m depth.
The Eucheuma are tied along strings hung over bare coralline.
As they grow heavier, the lines sag down to the floor and are
grazed upon by sea urchins

These plants are allowed to grow to 1kg or more before they are harvested, and depending on the growth rate, may be harvested after 2-3 months. Whole plants of Eucheuma are harvested and replaced by new cuttings. Floating methods involve Raft or long-lines. The raft and long-line methods can only be used in areas where the water currents are weak, or in protected areas where the water movement is mainly due to wave action generated by wind

In the raft method, the monolines are attached to a wooden frame (3x4m), Raft or long-line methodand the bamboo is used as a flotation device. In some areas, plastic bags filled with air are used as flotation devices. Fifteen monolines, which are 4,5m long, and spaced at 20m intervals are attached to the wooden frame. Five rafts are joined together as one unit, which is then anchored to the bottom from the corner of each unit using wooden stakes. Three to four hundred cuttings can be planted on one raft.

The long-line, floating method comprises 6 nylon monofilament lines (10m or longer), are attached to bamboo (2m long), which are set at 5m intervals. The nylon lines are attached to the bamboo at 30cm intervals. Each long-line unit can be planted with 400 cuttings, which are tied to the nylon lines at 15cm intervals. The four corners of the unit are anchored to the wooden stakes.

RAFT OR LONG-LINE METHOD

Factors such as intense grazing and/or seasonality in growth, disease and changes in the degree of water movement brought about monsoons, and also a space shortage, prevents the fixed, off-bottom monoline method, but allows for the floating methods.

The advantages of these floating methods over the fixed,off-bottom method are:

    grazing by bottom-associated animals is minimized or eliminated because the plants are raised out of reach of benthic grazers,

    plants being near the surface of the water column are exposed to more moderate water movement caused by waves.

USES OF EUCHEUMA

Eucheuma is presently exported in four forms:

1. As dried, raw seaweed,

2. As alkali-treated chips,

3. As a semi-processed powder, and

4. As pure carrageenan.

There are three main types of carrageenan, lambda, kappa and iota, each having their own characteristics. There is a great demand for kappa-carrageenan. The different forms of the phycocolloid are extracted from different species and genera of red seaweeds, e.g. Chondrus is harvested and provides a mixture of lambda and kappa forms, Gigartina from southern Europe is a good source of lambda. Eucheuma cottonii yields good kappa-carrageenan whilst E. spinosum gives good yields of the iota form.

Carrageenan is used mainly in food applications, largely in convenience foods. Small amounts of carrageenan are employed by the pharmaceutical and cosmetic industries. The major industrial use of carrageenan is in air-freshener gels. They are valuable gelling and stabilizing agents in foods, and they are effective at respectively low concentrations. Carrageenans are used to improve and balance the behavior of other gums, especially guar gum, locust bean gums and carboxymethyl cellulose. As carrageenan retain a strong negative charge over the normal pH range, they are used extensively in ‘milk reactivity’ which has been one of the major advantages of this group of phycocolloids. Lambda-carrageenan is used for the stabilization of cold-milk products, and kappa-carrageenan with pasteurized products.

Big processors prefer the semi-processed material such as alkali-treated chips, because the quality of the raw material is good and they can avoid pollution problems associated with the disposal of processing wastes in their own countries. Chips are then made by heating the seaweed for 2 hours at 85°C in a 2-N KOH solution, which increases the gel strength of the carrageenan. The plants are washed to remove the alkali, chopped wet, and then dried to form chips. The chips can be ground to produce seaweed flour. The flour is used in products not intended for human consumption, such as gelation of pet foods and air fresheners.

The gels and solutions of seaweed flour are cloudy and grainy because it has a 9-15% fibre content. Alcohol-precipitated carrageenan solutions are clear. Still, manufacturers prefer the seaweed flour to the extracted carrageenan for human foods, because it is cheaper.

Source

Rumput Laut Eucheuma Spinossum Asal Sulawesi Selatan

Eucheuma Spinossum 
Origin Of Sulawesi Selatan

Rumput laut Eucheuma Spinossum sering digunakan sebagai raw material pembuatan Iota Carrageenan, di samping itu Eucheuma Spinossum ada juga yang dikonsumsi secara langsung dibeberapa negara sebagai Acar ataupun salad. Di Indonesia rumput laut jenis ini biasa dikonsumsi langsung sebagai campuran pembuatan es rumput laut bahkan ada juga yang menggunakannya sebagai hidangan lezat pengganti mie dalam pembuatan bakso.

Secara fisik rumput laut yang digunakan sebagai bahan pembuatan Iota Carrageenan dan yang di konsumsi langsung memang berbeda dari segi ukurannya. Untuk pembuata Iota Carrageenan digunakan E. Spinossum dengan ukuran thalus besar sedang yang dikonsumsi langsung ukuran thallus-nya kecil. Harga keduanyapun berbeda, untuk E.Spinossum yang dikonsumsi langsung harganya lebih mahal jika dibandingkan dengan E.Spinossum untuk pembuatan Iota Carrageenan. Rumput laut jenis ini sudah banyak dibudidayakan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara

Kami melayani pembelian rumput laut jenis Eucheuma Spinossum  baik untuk lokal maupun export. Jumlah pembelian untuk diluar wilayah Makassar adalah minimal 12,5 Ton dengan spesifikasi sebagai berikut:

SPECIFICATION
• Moisture content (Moisturicy): 35% -38%
• Stools (Impurity): Maximum 4%
• Planting Age: 45-60 Days
• Color: White, Yellow, Amarant, Violet
• Drying: Sunlight
• Price: Contact Me via email or telephone
• Production Capacity: 100 Tons / Month

Packaging:
  Packaging system with the press by using press machine which is designed specifically for seaweed pressings per-bale weighing 50 Kg or 100 Kg and is wrapped with plastic bag

Rumput Laut Eucheuma Spinossum Asal Sulawesi Selatan

Rumput Laut Eucheuma Spinossum Asal Sulawesi Selatan

Rumput Laut Eucheuma Spinossum Asal Sulawesi Selatan

Rumput Laut Eucheuma Spinossum Asal Sulawesi Selatan